Sebuah kisah tentang perbatasan

ud

Monier ada dimana-mana. Kita akan mengetahui kehadiran Monier di Port Moresby sejak menurunkan kaki dari pesawat terbang. Monier adalah satu-satunya perusahaan manufaktur, supplier dan distributor material konstruksi dan pembangunan Gedung di Papua New Guinea, sebuah perusahaan yang telah berdiri sejak 58 tahun lalu, lebih tua dari kemerdekaan Papua.

Tantangan pembangunan yang dihadapi PNG

Port Moresby adalah kota perbatasan dan bukan tempat yang mudah untuk melangsungkan usaha. Banyak perusahaan yang hadir dan ingin meraih keuntungan namun banyak yang akhirnya terhambat akibat tingginya korupsi, kriminalitas dan kondisi bekerja yang kurang mendukung. 

Brian Condon, CEO Monier Limited, adalah seorang warga negara Australia dengan latar belakang Material Testing (Pengujian Material) dan ikut serta dalam membina perusahaan lainnya

1

seperti Boral and Soil Surveys di PNG. Condon dan kolega nya harus menyesuaikan dengan cuaca di PNG. Suhu di siang hari dapat mencapai lebih dari 30‟ Celsius dengan tingkat kelembapan 80 persen.

Quester CWE 420, kendaraan handal dalam kondisi medan yang berat

Papua New Guinea merupakan negara yang tidak bersahabat terhadap kendaraan operasional maupun pribadi. Seperti truk milik Monier, yang bekerja keras di cuaca panas serta kondisi jalanan yang menantang. “Lubang jalanan di PNG sangat besar, seolah-olah seluruh kendaraan dapat masuk kedalamnya dan keluar disisi dunia yang beda,” ungkap Mick Sruhan, Workshop Supervisor – Monier Group. “Banyak perusahaan truk menggunakan PNG sebagai tempat pengujian truk. Apabila tidak mengalami kerusakan ketika diuji di PNG, berarti truk tersebut sangat kuat dan handal.”

1

Disalah satu pabrik Monier, terdapat sebuah Quester CWE 420 sedang mengisi muatan. Truk dengan fascia rata ini adalah truk raksasa, namun dengan kombinasi 16 ton kerikil dan semen, serta 1400 liter batu yang sedang diisi ke bak nya membuat truk tersebut mengayun ke kanan-kiri bagaikan sebuah truk mainan. Beban yang sangat berat namun termuat dengan rapih dan sesuai dengan kapasitas truk hanya terjadi di pabrik Monier. Namun banyak sekali tempat yang memaksakan kapasitas muatan truk di lokasi konstruksi lainnya. 

“Kita harus berhati-hati mengendarainya, karena beban yang sangat berat dan ukuran truk yang besar,” ungkap Yoba Kuba, supir terlatih dari Monier Group.

1

Kuba memiliki pengalaman mengemudikan berbagai macam jenis truk dari merk yang berbeda, namun saat ini ia sangat menyukai Quester, satu dari 4 truk besar di fleet Monier yang dibeli setahun yang lalu. “Truk terbaru ini lebih nyaman untuk dikemudikan,” ujar Kuba. “Dan mesin nya tidak pernah kehabisan tenaga. Cukup pindahkan ke transmisi ke gigi manapun dan tidak perlu ragu truk pasti akan terus melaju. Sungguh bertenaga.”

Bersikap seperti nomor 2 walaupun kita sudah menjadi nomor 1

Daniel Jeremiah, Fleet Supervisor Monier, adalah karyawan terbaik diantara banyaknya karyawan local di Monier Group. Berada di dalam Quester milik Monier, ia sedang menuju ke lokasi konstruksi di tengah kota. Central business district Port Moresby dibangun di semenanjung kota yang menjulang keluar seperti sarang semut yang bergolak. Disini kita mendapatkan gambaran kondisi yang dihadapi oleh pengemudi Monier, walaupun disebuah kota kecil dari negara yang sedang akan berkembang.

1

Sebuah Quester menanjak mundur di jalanan yang di pegunungan yang berada di pinggir pantai PNG untuk menurunkan muatan berat. Lokasi pembangunan sangat luas dengan pemandangan indah pelapuhan Port Moresby. Sebuah crane, dengan tinggi 12 lantai, perlahan bergerak untuk bersiap mengangkat beban dan beberapa pekerja memulai untuk membuat saluran pipa.

Ketika proses pembangunan tidak bergerak cepat di PNG, pembangunan besar yang memasuki tahap kedua, yaitu pembangunan ulang Gedung Parlemen adalah proyek Monier berikutnya.

“Ada sebuah peribahasa kuno,” ungkap Brian Condon. “Walaupun kita nomor satu, bersikaplah seperti kita nomor dua. Karena di PNG, apabila kita bersikap seperti nomor satu, pasti akan ada yang berusaha menggulingkan.”

Related News